Minggu, 13 Agustus 2017

CARA BUDI DAYA PADI ORGANIK

Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalamupaya mencapai swasembada terus dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang diperkirakan 41,5 juta ton atau 65,9 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2025.

Sejak tahun 80-an teknologi revolusi hijau telah memberikan hasil yang positif dalam peningkatan produksi tanaman padi. Namun demikian, beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi tersebut memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesuburan tanah. Hal ini ditandai dengan penggunaan pupuk kimia yang sudah mencapai tahap leveling off, dimana penambahan pupuk dengan dosis lebih tinggi tidak lagi mampu meningkatkan produktivitas secara nyata. Dampak lain dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia adalah ledakan hama dan penyakit tanaman yang sangat luar biasa sehingga biaya produksi menjadi sangat tinggi.

Dampak negatif penggunaan pupuk kimia secara intensif terlihat jelas pada degradasi bahan organik tanah. Hasil berbagi kajian menunjukan bahwa pada sentra produksi padi kandungan bahan organik lahan-lahan sawah sudah berada ambang batas minimum dengan kandungan kurang dari 2%. Hal ini mengakibatkan tingkat efektifitas pemupukan menjadi sangat rendah sehingga dosis rekomendasi pemupukan dari tahun ke tahun semakin tinggi. Sebagian contoh, penggunaan urea saat ini tidak lebih dari 6 ton gabah kering panen per hektar.

Upaya meregenerasi dan merevitalisasi tanah sangat perlu dilakukan dengan mengembalikan sumber energi dalam tanah. Salah satu teknologi saat ini yang banyak dikembangkan adalah teknologi HES (High Energy Soil) berbasis SRI (System of Rice Intensification). Teknologi ini menitikberatkan pada upaya pengembalian energi tanah melalui penambahan bahan organik untuk meningkatkan keanekaragaman hayati sehingga tercipta aliran energi yang cukup untuk proses biokomia dalam tanah. Teknologi BioFOB merupakan salah satu pendekatan dalam meningkatkan keanekaragaman hayati dengan penambahan bahan organik dan mikroorganisme bermutu yang terseleksi.

Cara Budidaya Padi organik

  • Penambahan Bahan Organik

Bahan organik mempunyai peranan sangat penting dalam pemupukan. tanah yang mengandung bahan organik yang cukup akan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menahan air dan hara sehingga tidak mudah hilang melalui pencucian dan penguapan.
pada kandungan bahan organik kurang dari 2,5% proses pencucian hara sangat sulit dikendalikan. sedangkan pada kandungan bahan organik kurang 2% kandungan unsur mikro sangat rendah sehingga menganggu pembentukan enzim dalam tanah yang sangat dibutuhkan dalam proses bio kimia. penurunan bahan organik dari 3% menjadi 2% akan menurunkan kemampuan tanah dalam menyimpan unsur nitrogen sebanyak 900 kg/ha.
Penambahan bahan organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan kompos jerami atau bahan organik lainnya. Pengomposan dilakukan dengan menggunakan inokulan berfungsi ganda seperti BioTRIBA yang mengandung inokulan T. lactae dan pantotkenticus. Mikroba ini dpilih karna merupakan dekomposer yang mampu menghasilkan kompos dengan mutu sangat baik dan dapat berfungsi sebagai agensia hayati, biofertilizer, dan bioabsorb untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman. Pemberian Organo-Triba atau kompos yang telah dproses dengan BioTRIBA dilakukan sebanyak 150-300 kg/ha.

  • Penambahan Pupuk Hayati

Penambahan pupuk hayati dimaksudkan untuk meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme yang menguntungkan khususnya mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat, dan penghasil fitohormon. Penambah mikroba penambat nitrogen sangat diperlukan untuk meningkatkan efektifitas pemuukan N. Sebagaimana diketahui, untuk menghasilkan gabah 8-10 ton/ha diperlukan nitrogen yang cukup besar mencapai 200-300 kg N/ha. Pupuk hayati yang mengandung inokulan penambat N sangat diperlukan untuk menyuplai 50-75% kebutuhan N sehingga aplikasi pupuk kimia  tidk terlalu tinggi.
salah satu pupuk hayati yang dapat digunakan adlah pupuk Bio-Prima yang mengandung inokulan lengkap penambat nitrogen dan pelarut fosfat, pemantap agregat, dan penghasil fitohormon. Penambahan pikroba penabat nitrogen sangat diperlukan untuk meningkatkan efektifits pemupukan N. Sebagaimana diketahui, untuk menghasilkan gabah 8-10 ton/ha diperlukan nitrogen yang cukup besar mencapai 200 - 300 kg N/ha. pupuk hayati yang mengandung inokulan penambat N sangat diperlukan untuk menyuplai 50-75% kebutuhn N sehingga aplikasi pupuk kimia tidak terlalu tinggi.
Setelah pupuk hayati yang dapat digunakan adalah pupuk Bio-prima yang mengandung inokulan lengkap penambat nitrogen dan pelarut fosfat,pemantap agregat, dan penghasil fitohormon.

  • Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit sedapat mungkin terhindar dari penggunaan bahan-bahan kimia. Penggunaan pestisida  hayati dan pestisida nabati sangat diperlukan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Pengendalian penyakit hayati sedangkan pengendalian nabati dapat dilakukan pestisida nabati seperti Mitol 20EC yang mengandung ekstrak cengkih. Pengendalian hama secara hayati dapat digunakan inokulan Beauveria sp, seperti Mikoria dan produk sejenis.

  • Pengolaan air

Pengolaan air sangat menentukan keberhasilan teknologi HES. Pengelolaan air sedapat mungkin menciptakan kondisi aerobik di dalam tanah untu kmerangsang pertumbuhan mikroorganisme dan sistemperakaran yang banyak. Salah satu sistem pengairan yang perlu dalamteknologi HES adalah system of Rice Intensification (SRI) yang telah diteliti dan dikembangkan badan riset Departemen PU.

Metode Pelaksanaan Menanam Padi Organik

  • Persemaian Benih Padi

Sebelumbenih disemaikan terlebih dahulu dilakukan seleksi benih dengan cara merendam benih dalam air. Benih yang mengambang dibuang. Benih yang baik kemudian diperam selama 24 jam. Setelah diperam benih diberi perlakuan dengan cara merendam benih dalam larutan yang mengandung BioTRIBA 10 cc/liter air atau larutan yang mengandung BioFOB 20 cc/liter air selama 20 menit. Benih yang telah diperlakukan lalu disemaikan pada bedengan yang telah dipersiapkan.

Bedengan dibuat dengan lebar 2 meter, tinggi 10 cm, dan panjang sesuai dengan kondisi lahan. Sebelum disemai bedengan lebih dulu ditaburi komos organo-Triba sebanyak 200 g/m² bedengan. Pada umur 7 hari setelah semai.benih dipupuk dengan menggunakan pupuk Bio-Prima sebanyak 20 gram/m².

  • Pengolahan Lahan 
Pengolahan lahan dilakukan seperti biasa. Setelah lahan diratakan dibuat saluran air sekeliling petakan dan dalam petakan dengan jarak 3 meter antarsaluran. Dalam saluran air yang ideal diperkirakan 15 cm dengan lebar 20 cm. Apabila pada lahan terdapat banyak jerami perlu dilakukan pengeposan di lapangan dengan menyemprotkan dekomposer yang dapat mempercepat pelapukan jerami. Pengeposan jerami dilakukan 7 hari sebelum dilakukan perataan lahan.

  • Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan sebelum tanam dengan menggunakan kompos (Organo-Triba) atau pupuk organik yang telah diolah dengan BioTRIBA sebanyak 150-300 kg/ha+ 25 kg pupuk HI.

  • Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat bibit telah berumur 14-16 hari. Bibit di tanam sebanyak 1-2 tanaman perlubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm atau dengan mengunakan jarak tanam legowo 2 dengan jarak anatar barisan 25 cm, dalam barisan 12,5 cm dan jarak legowo 50 cm.

  • Pemeliharaan Tanaman

  1. Pada umur 10 hari tanaman disemprot dengan pupuk organik cair 1 cc/liter yang dicampur dengan Mikoria (inokulan Beauvering sp)
  2. Pada umur 14 hari dilakukan penyiangan gulma secara manual dengan menggunakan alat penyiang.
  3. Pada umur 15 hari dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk Organo-Triba 50 kg/ha + 150 kg Organo Triba Plus.
  4. Pada umur 21 hari tanaman disemprot dengan inokulan Beauveria sp. (Mikoria) dan pupuk cair organik 1,5 cc/liter.
  5. Pada umur 30 hari dilakukan penyiangan kedua dengan cara manual atau menggunakan alat penyiang.
  6. Pada umur 31 hari dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan urea sebanyak 50 kg/ha.
  7. Pada umur 45 hari dilakukan penyemprotan Mikoria 100 gram per 15 liter air + pupuk air organik 2,5 cc/liter.
  8. Pada umur 69 hari dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Mikoria 100 g/15 liter (1 tangki).
  9. Pada umur 70 hari dilakukan penyemprotan dengan menggunkan Mitol 20EC sebanyak 3-5 cc/liter.

Previous Post
Next Post